1000 Macam Motif Batik Indonesia
Tradisional
Motif tradisional adalah motif yang
digunakan secara turun-temurun melalui proses tranformasi dari generasi ke
gernerasi. Hingga tak terhitung motif batik tradisional yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia saat ini. Hal tersebut disebabkan motif tradisional ada
hubungannya dengan kepercayaan.
1. Motif Kawung ,
Kawung dalam bahasa Sunda berarti
buah aren atau kolang-kaling. Motif kawung menyerupai buah kolang-kaling yang
dipotomg melintang membelah sehingga kelihatan empat biji. Motif kawung
sebenarnya meniru buah aren atua kolang-kaling yang dibelah menjadi dua seperti
di atas. Sangat menarik untuk pengantin putri.
2. Motif Tumpal,
adalah motif yang memiliki bentuk
dasar segitiga sama kaki. Motif ini digunakan sebagai pinggiran kain selendang
atau jarik.
3. Motif Lereng / Liris,
motif batik yang memiliki otof
pokok garis-garis miring ejajar. Untuk menambbah keindahan motif, di
antara garis-garis miring tersebut dihiasui motif-motif tambahan, seperti
bunga, daun, titik, atau yang lainnya.
4. Motif Ceplokan
Pada dasarnya, ceplok merupakan
kategori ragam hias berdasarkan pengulangan bentuk geometri, seperti segi
empat, empat persegi panjang, bulat telur, atau pun bintang. Ada banyak varian
lain dari motif ceplok, misalnya ceplok sriwedari dan ceplok keci. Batik
truntum juga masuk kategori motif ceplok. Selain itu, motif ceplok juga sering
dipadupadankan dengan berbagai bentuk motif lainnya untuk mendapat corak dan motif
batik yang lebih indah.
5. Motif Batik Gurda
Gurda berasal dari kata garuda.
Seperti diketahui, garuda merupakan burung besar. Dalam pandangan masyarakat
Jawa, burung garuda mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bentuk motif gurda
ini terdiri dari dua buah sayap (lar) dan di tengahnya terdapat badan dan ekor.
Motif
batik gurda ini juga tidak lepas dari
kepercayaan masa lalu. Garuda merupakan tunggangan Batara Wisnu yang dikenal
sebagai Dewa Matahari. Garuda menjadi tunggangan Batara Wisnu dan dijadikan
sebagai lambang matahari. Oleh masyarakat Jawa, garuda selain sebagai simbol
kehidupan juga sebagai simbol kejantanan.
6. Motif Batik Meru
Kata meru berasal dari Gunung
Mahameru. Gunung ini dianggap sebagai tempat tinggal atau singgasana bagi Tri
Murti, yaitu Sang Hyang Wisnu, Sang Hyang Brahma, dan Sang Hyang Siwa. Tri
Murti ini dilambangkan sebagai sumber dari segala kehidupan, sumber kemakmuran,
dan segala sumber kebahagiaan hidup di dunia. Oleh karena itu, meru digunakan
sebagai motif batik agar si pemakai selalu
mendapatkan kemakmuran dan kebahagiaan.
7. Motif Batik Truntum
Motif batik truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan
Paku Buwana III), bermakna cinta yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif
ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama
terasa semakin subur berkembang (tumaruntum).
Kain motif truntum biasanya dipakai
oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya adalah agar cinta
kasih yang tumoruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai
pula bahwa orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua mempelai untuk
memasuki kehidupan baru.
8. Motif Batik Udan Liris
Motif ini mengandung makna ketabahan dan harus tahan menjalani hidup prihatin
biarpun dilanda hujan dan panas. Orang yang berumah tangga, apalagi pengantin
baru, harus berani dan mau hidup prihatin ketika banyak halangan dan cobaan.
Ibaratnya tertimpa hujan dan panas, tidak boleh mudah mengeluh. Segala halangan
dan rintangan itu harus bisa dihadapi dan diselesaikan bersama-sama.
Suami atau istri merupakan bagian
hidup di dalam rumah tangga. Jika salah satu menghadapi masalah, maka
pasangannya harus ikut membantu menyelesaikan, bukan justru menambahi masalah.
Misalkan, bila suami sedang mendapat
cobaan tergoda oleh perempuan lain, maka sang istri harus bisa bijak mencari
solusi dan mencari penyelesaian permasalahan. Begitu pula sebaliknya, jika sang
istri mendapat godaan dari lelaki lain, tentu suami harus bersikap arif tanpa
harus menaruh curiga yang berlebihan sebelum ditemukan bukti.
9. Motif Batik Parang Kusuma
Motif
Batik Parang Kusuma, bermakna hidup harus
dilandasi dengan perjuangan untuk mencari kebahagiaan lahir dan batin, ibarat
keharuman bunga (kusuma). Contohnya, bagi orang Jawa, yang paling utama dari
hidup di masyarakat adalah keharuman (kebaikan) pribadinya tanpa meninggalkan
norma-norma yang berlaku dan sopan santun agar dapat terhindar dari bencana
lahir dan batin. Mereka harus mematuhi aturan hidup bermasyarakat dan taat
kepada perintah Tuhan.
Kondisi ini memang tidak mudah untuk
direalisasikan, tetapi umumnya orang Jawa berharap bisa menemukan hidup yang
sempurna lahir batin. Mereka akan rnengusahakan banyak hal untuk mencapai
kehidupan bahagia lahir dan batin.
Di zaman yang serba terbuka sekarang
ini, sungguh sulit untuk mencapai ke tingkat hidup seperti yang diharapkan
karena banyak godaan. Orang pun lebih cenderung mencari nama harum dengan cara
membeli dengan uang yang dimiliki, bukan dari tingkah laku dan pribadi yang
baik.
10. Motif Batik Parang Rusak Barong
Motif batik parang rusak barong ini
berasal dari kata batu karang dan barong (singa). Parang barong merupakan
parang yang paling besar dan agung, dan karena kesakralan filosofinya, motif
ini hanya boleh digunakan untuk raja, terutama dikenakan pada saat ritual
keagamaan dan meditasi.
Motif ini diciptakan Sultan Agung
Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai raja
dengan segala tugas kewajibannya dan kesadaran sebagai seorang manusia yang
kecil di hadapan Sang Maha Pencipta.
Kata barong berarti sesuatu yang
besar dan ini tercermin pada besarnya ukuran motif tersebut pada kain. Motif
parang rusak barong ini merupakan induk dari semua motif parang. Motif ini
mempunyai makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat mengendalikan
diri.
11. Motif Batik Slobog
Slobog bisa juga berarti lobok atau
longgar. Kain ini biasa dipakai untuk melayat, dengan tujuan agar yang
meninggal tidak mengalami kesulitan menghadap Yang Maha Kuasa. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh prinsip-prinsip keagamaan bahwa setelah kematian ada kehidupan
lain yang harus dipertanggung jawabkan, yaitu menghadap Tuhan Yang Maha Esa.
14. Motif Batik Tambal
Ada kepercayaan bahwa bila orang
sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, maka ia akan cepat sembuh. Tambal
artinya menambah semangat hari. Dengan semangat baru itu diharapkan harapan
baru akan muncul sehingga kesembuhan mudah didapat. Selain itu, dengan
kehadiran para penjenguk, diharapkan si sakit tidak merasa ditinggalkan dan
memiliki banyak saudara sehingga keinginan untuk sembuh semakin besar.
15. Motif Batik Ciptoning
Motif ciptoning ini biasanya dipakai
oleh orang yang dituakan maupun pemimpin. Dengan memakai motif ini, pemakainya
diharapkan menjadi orang bijak dan mampu memberi petunjuk jalan yang benar pada
orang lain yang dipimpinnya. Makna filosofis di balik motif ini sebenarnya
bukan hanya untuk pemimpin, tetapi juga untuk setiap orang agar mampu memimpin
(menempatkan) dirinya sendiri di tengah masyarakatnya.
16. Motif Batik Pari Kesit
Motif ini mengandung makna bahwa
untuk mencari keutamaan, harus dilandasi dengan usaha keras dan kegesitan.
Tentu usaha keras dan kegesitan itu tidak boleh meninggalkan norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Usaha keras dan kegesitan dengan cara kotor harus
dihindari karena bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri.
17. Motif Batik Sido Luhur
Motif Batik Sido Luhur mengandung
makna keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang bertujuan untuk mencari
keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya segala kebutuhan
ragawi bisa tercukupi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat,
derajat, maupun profesinya.
Keluhuran materi sebaiknya diperoleh
dengan cara yang benar, halal, dan sah tanpa melakukan kecurangan atau
perbuatan yang tercela, seperti korupsi, merampok, mencuri, dan sebagainya.
Sebab walaupun merasa cukup atau bahkan berlebihan secara materi, jika harta
materi itu diperoleh secara tidak benar, keluhuran materi belum bisa tercapai.
Keluhuran materi akan lebih bermakna
lagi bila harta yang dimiliki itu bermanfaat bagi orang lain dan bisa diberikan
dalam berbagai bentuk, seperti sumbangan, donasi, hibah, dan sebagainya. Artinya,
sejak dulu masyarakat Indonesia sudah terbiasa saling menolong.
Sementara keluhuran budi, ucapan,
dan tindakan adalah bentuk keluhuran nonmateri. Orang yang bisa dipercaya oleh
orang lain atau perkataannya sangat bermanfaat kepada orang lain tentu akan
lebih baik daripada orang yang perkataannya tidak bisa dipegang dan tidak
dipercaya orang lain.
Orang yang bisa dipercaya oleh orang
lain adalah suatu bentuk keluhuran nonmateri. Orang Jawa sangat berharap
hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran. Semua
ini tidak lepas dari falsafah hidup orang Jawa, bahwa orang tidak hanya hidup
untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga, kerabat, masyarakat, bahkan
lingkungan, dan kepada Tuhan yang menciptakannya.
18. Motif Batik Sido Drajad
Batik sido drajad dipakai oleh besan
ketika upacara pernikahan. Cara pemakaian batiknya juga memiliki nilai
pendidikan tersendiri. Bagi anak-anak, batik dipakai dengan cara sabuk wolo.
Pemakaian jenis ini memungkinkan anak-anak untuk bergerak bebas. Secara
filosofi, pemakaian sabuk wolo diartikan bebas moral, sesuai dengan jiwa
anak-anak yang masih bebas, belum dewasa, dan belum memiliki tanggung jawab moral
di dalam masyarakat.
Ketika beranjak remaja, seseorang
tidak lagi mengenakan batik dengan cara sabuk wolo melainkan dengan jarit.
Panjang jarit yang dipakai memiliki arti tersendiri. Semakin panjang jarit,
semakin tinggi derajat seseorang dalam masyarakat, dan semakin pendek jarit,
semakin rendah pula strata sosial orang tersebut dalam masyarakat.
Bagi orang dewasa, pemakaian batik
memiliki pakem yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki,
wiru diletakkan di sebelah kiri. Sedangkan pada perempuan, wiru diletakkan di
sebelah kanan, yang berarti nengeni, seorang putri tidak boleh melanggar
kehendak suami.
19. Motif Batik Sido Mukti
Motif Batik Sido Mukti mengandung
makna kemakmuran. Bagi orang Jawa, hidup yang didambakan selain keluhuran budi,
ucapan, dan tindakan, tentu adalah pencapaian mukti atau kemakmuran, baik di
dunia maupun di akhirat.
Setiap orang pasti mencari
kemakmuran dan ketenteraman lahir dan batin. Kemakmuran dan ketenteraman itu
tidak akan tercapai tanpa usaha dan kerja keras, keluhuran budi, ucapan, dan
tindakan.
Setiap orang harus bisa
mengendalikan hawa nafsu, mengurangi kesenangan menggunjing tetangga, berbuat
baik tanpa merugikan orang lain, dan sebagainya agar dirinya merasa makmur
lahir batin. Kehidupan untuk mencapai kemakmuran lahir dan batin itulah yang
juga menjadi salah satu dambaan masyarakat.
20. Motif Batik Cuwiri
Batik motif cuwiri biasa digunakan
pada saat acara mitoni, sebuah tradisi memperingati tujuh bulan usia bayi.
Cuwiri artinya kecil-kecil. Diharapkan pemakainya terlihat pantas dan dihormati
oleh masyarakat. Sejak kecil, manusia di Jawa sudah memiliki banyak aturan
sesuai dengan falsafah hidupnya dengan tujuan mendapatkan kemakmuran dan
kebaikan.
21. Motif Batik Kawung
Motif kawung bermakna keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya berlipat ganda. Orang yang bekerja keras pasti akan menuai hasil, walaupun kadang harus memakan waktu yang lama.
Motif kawung bermakna keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya berlipat ganda. Orang yang bekerja keras pasti akan menuai hasil, walaupun kadang harus memakan waktu yang lama.
Contohnya, seorang petani yang
bekerja giat di sawah, jika tidak ada hama yang mengganggu, tentu dia akan
memanen hasil padi yang berlipat di kemudian hari. Kerja keras untuk
menghasilkan rejeki berlipat akan lebih bermakna jika dibarengi dengan sikap
hemat, teliti, cermat, dan tidak boros. Namun sayang, budaya kerja keras untuk
menuai hasil maksimal tidak dilakukan oleh semua orang. Apalagi di zaman sekarang,
di mana banyak orang ingin serba instan, orang ingin cepat kaya tanpa harus
bekerja keras. Oleh karena itu, ada saja mereka yang melakukan hal-hal tercela
untuk mendapatkan keinginannya.
22. Motif Batik Nitik Karawitan
Kebijaksanaan menjadi inti dari
filosofi batik bermotif nitik karawitan. Dengan demikian, para pemakainya
diharapkan akan menjadi orang yang bijaksana. Itulah mengapa orang-orang yang
dituakan di lingkungannya banyak menggunakan batik motif ini.
23. Motif Batik Burung Huk (Burung
Merak)
Bentuk dasar ragam hias motif burung
huk adalah seekor anak burung yang baru menetas, menggeleparkan kedua sayapnya
yang masih lemah, berusaha lepas dari cangkang telurnya, serta separuh badan
dan kedua kakinya masih berada di dalam cangkang. Motif burung huk juga sering
disebut dengan motif burung merak.
Ide dasarnya adalah pandangan hidup
tentang kemana jiwa manusia sesudah mati. Dan gambaran tersebut disimpulkan
bahwa kematian hanyalah kerusakan raga, sedangkan jiwanya tetap hidup menemui
Sang Pencipta. Keunikan motif ini adalah ia selalu hadir bersama dengan motif
lainnya, misalnya ceplokan sebagai selingan motif parang, dalam bentuk yang
berbaur dengan motif lainnya.
24. Motif Batik Parang dan Lereng
Batik parang atau lereng menurut
pakemnya hanya boleh digunakan oleh sentono dalem (anak dari ratu). Lereng
berasal dari kata mereng (lereng bukit). Sejarah motif ini diawali dari
pelarian keluarga kerajaan dari Keraton Kartasura. Para keluarga raja terpaksa
bersembunyi di daerah pegunungan agar terhindar dari bahaya. Mereka berada di
daerah-daerah yang sulit dijangkau musuh. Motif ini berarti juga topo broto
para raja yang dilakukan di lereng-lereng pegunungan untuk mendapatkan wahyu
atau wangsit. Dalam tapa brata itulah mereka dapat melihat pemandangan gunung
dan pegunungan yang berderet-deret sehingga menyerupai pereng atau lereng.
25. Motif Batik Mega Mendung
Pada bentuk mega mendung, bisa kita
lihat garis lengkung dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil)
kemudian melebar keluar (membesar) yang menunjukkan gerak yang teratur
harmonis. Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan
moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun).
Hal itu kemudian berkembang keluar
untuk mencari jati diri (belajar atau menjalani kehidupan sosial agama). Pada
akhirnya, membawa dirinya memasuki dunia baru menuju ke dalam penyatuan diri
setelah melalui pasang surut (naik dan turun) dan pada akhirnya kembali ke
asalnya (sunnatullah).
Dengan demikian, kita bisa lihat
bentuk mega mendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak
membesar keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil,
tetapi tidak boleh terputus.
Terlepas dari makna filosofis bahwa
mega mendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehingga bentuknya
harus menyatu, sisi produksi memang mengharuskan bentuk garis lengkung mega
mendung bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pewarnaan bisa lebih
mudah.
26. Motif Batik Semen Rama
Semen berasal dari kata semi, yaitu tumbuhnya bagian tanaman. Pada umumnya,
ornamen pokok pada pola batik motif semen adalah ornamen yang berhubungan
dengan daratan yang digambarkan dengan tumbuh-turnbuhan dan binatang berkaki
empat, udara digambarkan dengan awan (mega) dan binatang terbang, serta air
atau laut digambarkan dengan binatang air. Sedangkan rama yang merupakan nama
motif semen berasal dari nama Ramawijaya. Dalam motif semen rama terdapat pesan
atau nasihat Ramawijaya saat penobatan Wibisana sebagai Raja Alengka dalam
cerita pewayangan.
Nasihat tersebut termaktub di dalam
asta brata (delapan keutamaan bagi seorang pemimpin), yaitu:
1. Endabrata, yaitu pemberi
kemakmuran dan pelindung dunia. Dilambangkan dengan pohon hayat.
2. Yamabrata, yaitu menghukum yang bersalah secara adil. Dilambangkan dengan awan atau meru (gunung).
3. Suryabrata, yaitu watak matahari yang bersifat tabah. Dilambangkan dengan garuda.
4. Sasibrata, yaitu watak rembulan yang bersifat menggembirakan dan memberi hadiah kepada yang berjasa. Dilambangkan dengan ornamen binatang.
5. Bayubrata, yaitu watak luhur. Dilambangkan dengan ornamen burung.
6. Dhanababrata atau kuwerabrata, yaitu watak sentosa dan memberi kesejahteraan pada bawahan. Dilambangkan dengan ornamen bintang.
7. Pasabrata, yaitu berhati lapang tetapi berbahaya bagi yang mengabaikan. Dilambangkan dengan kapal air.
8. Agnibrata, yaitu kesaktian untuk memberantas musuh. Dilambangkan dengan ornamen lidah api.
2. Yamabrata, yaitu menghukum yang bersalah secara adil. Dilambangkan dengan awan atau meru (gunung).
3. Suryabrata, yaitu watak matahari yang bersifat tabah. Dilambangkan dengan garuda.
4. Sasibrata, yaitu watak rembulan yang bersifat menggembirakan dan memberi hadiah kepada yang berjasa. Dilambangkan dengan ornamen binatang.
5. Bayubrata, yaitu watak luhur. Dilambangkan dengan ornamen burung.
6. Dhanababrata atau kuwerabrata, yaitu watak sentosa dan memberi kesejahteraan pada bawahan. Dilambangkan dengan ornamen bintang.
7. Pasabrata, yaitu berhati lapang tetapi berbahaya bagi yang mengabaikan. Dilambangkan dengan kapal air.
8. Agnibrata, yaitu kesaktian untuk memberantas musuh. Dilambangkan dengan ornamen lidah api.
27. Motif Batik Semen Ageng
Motif ini tersusun atas beberapa
unsur, yaitu pohon hayat yang menggambarkan pohon kehidupan, kemakmuran,
keadilan, dan kekuasaan, serta simbol kesuburan, burung yang merupakan simbol
angin yang bermakna berbudi luhur, serta garuda menggambarkan matahari yang
bersifat jantan bermakna kekuasaan dan kepemimpinan.
Motif ini memiliki makna seorang
pemimpin yang bersifat baik dan berbudi luhur, adil, dan tabah dalam menghadapi
segala rintangan, mengayomi, dan melindungi rakyatnya serta lingkungan alam
sekitar. Motif ini biasanya digunakan oleh keturunan raja sebagai dodot dan
bebet keprajuritan pada saat menghadiri upacara kebesaran keraton.
28. Motif Batik Abstrak
Ini adalah motif yang paling bebas.
Motif ini menggabungkan berbagai unsur dan warna. Penciptanya mengarahkan arti
ini pada kehidupan yang lain: hidup setelah mati, sehingga penggambarannya
abstrak. Walaupun ada beberapa motif tradisional yang menggambarkan kehidupan
setelah mati, misalnya motif burung huk, tetapi motif ini sering dianggap tidak
memiliki jiwa muda.
Oleh karena itu, banyak pencipta
desain batik yang menggunakan motif abstrak yang lebih bebas dan ekspresif
dalam menggambarkan kehidupan setelah mati. Motif ini biasanya digunakan pada
lukisan dengan penggambaran yang bebas dan tidak menggunakan pakem batik
seperti pada umumnya.
Sebenarnya masih banyak lagi
makna-makna filosofis di balik motif-motif batik lainnya, terlebih di masa kini
dengan adanya banyak modifikasi dan penambahan kreasi di setiap model corak dan
motif batik. Namun pada dasarnya motif-motif tersebut memiliki makna-makna
filosofis yang ingin disampaikan oleh penciptanya.
Motif batik di Indonesia akan terus
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan industri. Ini
merupakan hal yang sangat baik karena akan mendorong masyarakat luas untuk
lebih mencintai batik dan mendukung setiap kegiatan untuk melestarikan batik.
29. Motif ………(masih dalam
pendataan)